Foto Najamuddin saat saat membawakan materi pengelolaan asesmen pada kurikulum merdeka pada pertemuan MGMP Matematika SMP Kota Makassar di SMP Negeri 30 Makassar, 26 Agustus 2023
Materi pengelolaan asesmen pada kurikulum merdeka dibawakan oleh bapak Najamuddin, S.Pd., M.Pd. Pemateri mengawali materi dengan menanyakan kepada peserta terkait asesmen apa saja yang pernah dilakukan di kelas. Secara garis besar, materi pengelolaan asesmen pada kurikulum merdeka mencakup dasar hukum pelaksanaan asesmen, prinsip asesmen, perubahan paradigma penilaian (asesmen), asesmen formatif, asesmen sumatif, teknik dan instrumen asesmen, serta pengolahan dan pelaporan hasil asesmen.
Dasar hukum pelaksanaan asesmen adalah sebagai berikut:
- Permendikbudristek No. 7 Tahun 2022 tentang standar Isi pada pendidikan PAUD, jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
- Permendikbudristek No. 16 Tahun 2022 tentang standar proses pada pendidikan PAUD, jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
- Permendikbudristek No. 21 Tahun 2022 tentang standar penilaian pada pendidikan PAUD, jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Pada prinsipnya, asesmen merupakan bagian terpadu dari proses pembelajaran, fasilitasi pembelajaran, dan penyediaan informasi yang holistik. Asesmen dirancang secara adil, proporsional, valid, dan dapat dipercaya (reliable) dan dilakukan sesuai dengan fungsinya. Laporan kemajuan belajar dan pencapaian peserta didik bersifat sederhana dan informatif. Sementara hasil asesmen digunakan sebagai bahan refleksi untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Pada kurikulum merdeka, pendidik diharapkan lebih berfokus pada asesmen formatif dibandingkan sumatif dan menggunakan hasil asesmen formatif untuk perbaikan proses pembelajaran yang berkelanjutan. Asesmen formatif bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi pendidik dan peserta didik untuk memperbaiki proses belajar. Asesmen formatif dapat dilakukan di awal dan selama proses pembelajaran. Di awal pembelajaran, asesmen formatif dilakukan untuk mengetahui kesiapan peserta didik untuk mempelajari materi ajar dan mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan. Sedangkan asesmen formatif yang yang dilakukan selama proses pembelajaran dilakukan untuk mengetahui perkembangan peserta didik dan sekaligus pemberian umpan balik yang cepat. Sebagai bahan referensi bagi para peserta, pemateri juga memberikan contoh asesmen yang dapat dilakukan di awal dan selama proses pembelajaran.
Sementara itu, asesmen sumatif dilakukan untuk memastikan ketercapaian keseluruhan tujuan pembelajaran. Asesmen ini dilakukan pada akhir proses pembelajaran atau dapat juga dilakukan sekaligus untuk dua atau lebih tujuan pembelajaran, sesuai dengan pertimbangan pendidik dan kebijakan satuan pendidikan. Berbeda dengan asesmen formatif, asesmen sumatif menjadi bagian dari perhitungan penilaian di akhir semester, akhir tahun ajaran, dan/atau akhir jenjang.
Dalam melakukan asesmen, pendidik diberikan keleluasaan memilih teknik dan instrumen agar asesmen selaras dengan kegiatan pembelajaran. Sehingga hasil belajar peserta didik valid dan dapat ditindaklanjuti. Instrumen asesmen bisa berupa rubrik, ceklist, catatan anekdotal, dan grafik perkembangan. Untuk mengetahui apakah peserta didik telah berhasil mencapai tujuan pembelajaran, pendidik perlu menetapkan kriteria atau indikator ketercapaian tujuan pembelajaran. Kriteria ini dikembangkan saat pendidik merencanakan asesmen, yang dilakukan saat pendidik menyusun perencanaan pembelajaran, baik dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran atau pun modul ajar. Kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran dapat dikembangkan menggunakan beberapa pendekatan, yaitu menggunakan deskripsi kriteria, rubrik, dan interval nilai.
Agar peserta lebih memahami ketiga pendekatan tersebut, pemateri memberikan contoh kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran dengan menggunakan deskripsi kriteria, rubrik, dan interval nilai. Selain itu, pemateri juga memberikan contoh kisi-kisi asesmen sumatif beserta pengolahan dan pelaporan hasil asesmen baik berupa rapor, portofolio, diskusi/ konferensi, dan pameran karya.
Foto Syahriani Jarimollah saat saat membawakan materi pembelajaran berdiferensiasi pada kurikulum merdeka pada pertemuan MGMP Matematika SMP Kota Makassar di SMP Negeri 30 Makassar, 26 Agustus 2023
Materi kedua adalah pembelajaran berdiferensiasi pada kurikulum merdeka yang dibawakan oleh ibu Syahriani Jarimollah, S.Pd., M.Pd. Dalam paparannya, ibu Syahriani yang biasa disapa bu Ani menjelaskan pengertian pembelajaran berdiferensiasi menurut para ahli. Menurutnya, pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi pada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan lingkungan belajar, tujuan pembelajaran, kebutuhan belajar murid, penilaian berkelanjutan, dan manajemen kelas yang efektif.
Pembelajaran berdiferensiasi dilaksanakan dengan tujuan agar setiap anak dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena setiap anak memiliki karakteristik dan potensi yang berbeda satu sama lain. Menurut Tomlinson (2013), peserta didik memiliki keragaman berdasarkan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar. Kesiapan terkait dengan kemampuan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Minat juga memiliki peranan yang besar untuk menjadi motivator dalam belajar. Sementara profil belajar mengacu pada pendekatan yang paling disenangi peserta didik agar mereka dapat memahami pelajaran dengan baik. Selain itu, pemateri juga menambahkan beberapa contoh kegiatan belajar yang disesuaikan dengan kesiapan, minat, dan profil belajar peserta didik.
Adapun alur pembelajaran berdiferensiasi diawali dengan asesmen awal pembelajaran kemudian mengidentifikasi murid yang akan menjadi dasar bagi guru dalam melakukan diferensiasi konten, proses, dan produk. Diferensiasi konten terkait materi yang akan diajarkan, diferensiasi proses terkait cara mengajarkan, dan diferensiasi produk terkait luaran atau performa yang akan dihasilkan. Bu Ani menjabarkan ketiga bentuk diferensiasi ini dengan menyertakan contoh aktifitas peserta didik.
Sebagai contoh diferensiasi konten, bagi peserta didik yang memerlukan bimbingan dapat mempelajari 3 (tiga) hal terpenting terkait materi, bagi siswa yang cukup mahir dapat mempelajari keseluruhan materi, dan bagi peserta didik yang sudah sangat mahir dapat diberikan pengayaan. Pada diferensiasi proses, pembelajaran dan bentuk pendampingan dapat dideferensiasi sesuai kesiapan peserta didik. Bagi peserta didik yang membutuhkan bimbingan pendidik perlu mengajarkan secara langsung. Bagi peserta didik yang cukup mahir dapat diawali dengan modeling yang dikombinasi dengan kerja mandiri, praktik, dan peninjauan ulang (review). Sedangkan bagi peserta didik yang sangat mahir dapat diberikan beberapa pemantik untuk tugas mandiri kepada peserta didik yang sangat mahir. Sementara itu, diferensiasi pembelajaran pembelajaran juga dapat dilakukan melalui produk yang dihasilkan. Sebagai contoh, bagi peserta didik yang memerlukan bimbingan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai konten inti materi, bagi peserta didik yang cukup mahir dapat membuat presentasi yang menjelaskan penyelesaian masalah sederhana, dan bagi peserta didik yang sangat mahir bisa membuat sebuah inovasi atau menelaah permasalahan yang lebih kompleks.(/jt)