Mewujudkan guru matematika profesional yang inovatif, kreatif, inspiratif, dan berwawasan luas

Halaman

Saturday, June 8, 2024

Berbagi Praktik Baik Implementasi Kurikulum Merdeka: Asesmen dan Pembelajaran Berdiferensiasi serta Penerapan Segitiga Restitusi

Kegiatan berbagi praktik baik implementasi kurikulum merdeka yang dilaksanakan MGMP Matematika SMP Kota Makassar kali ini bertemakan Asesmen dan Pembelajaran Berdiferensiasi serta Penerapan Segitiga Restitusi. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 8 Juni 2024, bertempat di aula PT Penerbit Erlangga, jalan Letjen Hertasning No. 50 Makassar. Kegiatan ini sedianya dibuka langsung oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar. Akan tetapi karena beliau mendadak mendapat tugas ke luar daerah, maka acara dibuka oleh bapak Najamuddin, S.Pd., M.Pd. selaku ketua MGMP Matematika SMP Kota Makassar. Setelah pembukaan, kegiatan lalu dilanjutkan dengan pemaparan materi dari 2 orang narasumber. Adapun narasumber berbagi praktik baik kali ini yaitu ibu Sri Nurnawati Dahlan, S.Pd. yang merupakan guru di UPT SPF SMP Negeri 3 Makassar dan ibu Sitti Sabetia, S.Pd. merupakan guru di UPT SPF SMP Negeri 36 Makassar.

Materi pertama yang dibawakan oleh ibu Sri Nurnawati Dahlan berjudul Asesmen dan Pembelajaran Berdiferensiasi. Ibu Sri mengawali paparannya dengan menjelaskan bahwa asesmen awal merupakan proses penilaian untuk mengetahui kemampuan dasar peserta didik dan mengetahui kondisi awal mereka sebelum merancang suatu pembelajaran (berdiferensiasi). Asesmen awal terdiri dari 2 jenis, yaitu asesmen kognitif dan non kognitif. Asesmen awal kognitif bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar atau kesiapan belajar peserta didik (seperti : sudah paham, paham setengah, dan belum paham) dalam topik/tema sebuah mata pelajaran yang akan diajarkan. Guru melakukan asesmen awal kognitif untuk menyesuaikan tingkat pembelajaran dengan kemampuan siswa, bukan untuk mengejar target kurikulum. Sedangkan asesmen awal non kognitif adalah asesmen yang dilakukan untuk mengukur aspek-aspek dari individu yang tidak berkaitan langsung dengan kemampuan kognitif atau akademik. Asesmen ini biasanya mencakup penilaian terhadap aspek-aspek seperti : kepribadian, minat, motivasi, sikap, nilai-nilai, dan keterampilan sosial-emosional dan gaya belajar (auditor, visual dan kinestetik).

Adapun tujuan asesmen awal non kognitif adalah sebagai berikut:

  1. Mengetahui kesejahteraan psikologi dan sosial emosi siswa
  2. Mengetahui aktivitas selama di rumah
  3. Mengetahui kondisi keluarga siswa
  4. Mengetahui latar belakang pergaulan siswa
  5. Mengetahui gaya belajar, karakter serta minat siswa
Sedangkan tujuan asesmen awal kognitif adalah sebagai berikut:
  1. Mengidentifikasi capaian kompetensi siswa (sudah paham, paham setengah, dan belum paham)
  2. Menyesuaikan pembelajaran (berdiferensiasi) di kelas sesuai kategori capaian kompetensi siswa
  3. Memberikan kelas remedial atau pelajaran tambahan kepada siswa yang kompetensinya di bawah rata-rata (belum paham)

Setelah melakukan asesmen awal, guru melakukan tindak lanjut terhadap hasil asesmen awal non kognitif maupun kognitif. Untuk menindaklanjuti hasil asesmen awal non kognirif, guru melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Identifikasi siswa dengan ekspresi emoji negatif dan ajak berdiskusi empat mata 
  2. Jika siswa dianggap memiliki masalah serius, dapat dilimpahkan ke guru BK atau memanggil orang tua siswa
  3. Untuk gaya belajar
    • Auditor : belajar dengan mendengarkan ceramah, diskusi, dan audio book
    • Visual : belajar dengan menggunakan gambar, diagram, peta, dan video
    • Kinestetik : belajar dengan cara praktik, eksperimen, dan bermain peran
Sementara untuk menindaklanjuti hasil asesmen awal kognitif, guru melakukan pengolahan hasil asesmen (Lihat rata-rata kelas)
  1. Siswa dengan nilai asesmen kognitif di atas nilai rata-rata adalah siswa kategori “Sudah Paham”
  2. Siswa dengan nilai asesmen kognitif sama dengan nilai rata-rata adalah siswa  kategori “Paham setengah”
  3. Siswa dengan nilai asesmen kognitif di bawah nilai rata-rata adalah siswa kategori “Belum paham”
  4. Dari tiga kategori siswa di atas, guru dapat membagi 2 kelompok yaitu : Kelompok “Sudah paham” sedangkan Kelompok “Paham setengah” dan “Belum paham” dapat digabung
  5. Untuk kelompok “Sudah paham” : mengikuti pembelajaran dengan pengayaan
  6. Untuk kelompok “Paham setengah” dan “Belum paham”  : mengikuti pembelajaran dengan ATP sesuai fasenya dengan diberikan pendampingan pada kompetensi yang belum terpenuhi oleh guru dan orang tua/wali siswa.
Selanjutnya narasumber menjelaskan bahwa modul pembelajaran berdiferensiasi adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan belajar individu siswa yang beragam. Pendekatan ini didasarkan pada prinsip bahwa setiap siswa memiliki gaya belajar (auditor, visual dan kinestetik), kesiapan belajar (“Sudah paham”, “Paham setengah” dan “Belum paham”. Oleh karena itu, modul pembelajaran berdiferensiasi menawarkan berbagai pilihan aktivitas belajar yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu siswa sehingga tercipta suasana pembelajaran yang berbeda dari segi konten, proses, dan produk.
Ibu Sri juga menambahkan penerapan gelar karya akhir fase yang diterapkan di sekolah tempat beliau mengajar. Dimana gelar karya akhir fase yang dilaksanakan di sekolahnya dilaksanakan sebagai pengganti Ujian Akhir Sekolah. Sehingga siswa kelas 9 tidak lagi mengikuti Ujian Akhir Sekolah melainkan diharuskan mengikuti gelar karya akhir fase yang mendapatkan bobot penilaian sebesar 40% pada nilai ijazah. Dalam pelaksanaannya, siswa memilih karya apa yang akan mereka buat sekaligus memilih guru sebagai pendamping dalam menyelesaikan karyanya. Kegiatan ini juga tidak lepas dari kerjasama yang dibangun oleh pihak sekolah dengan orang tua siswa.

Materi selanjutnya adalah penerapan segitiga restitusi yang dibawakan oleh ibu Sitti Sabetia, S.Pd. Ibu Sitti menjelaskan bahwa Guru yang baik harus memiliki kemampuan dalam mewujudkan budaya positif di sekolah. Budaya positif tersebut dapat dijalankan dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, memahami motivasi perilaku manusia berkaitan dengan hukuman dan penghargaan, posisi kontrol seorang guru, pembuatan keyakinan sekolah/ kelas, dan penerapan segitiga restitusi dalam penyelesaian masalah. Disiplin positif merupakan cara penerapan disiplin yang mengajarkan anak bertanggung jawab dan menumbuhkan kesadaran diri berdasarkan nilai-nilai kebajikan. Disiplin positif lebih ke arah disiplin diri yang dapat mengontrol diri dalam melakukan segala tindakan. Hal ini dapat membuat murid memahami dan menyadari berdasarkan motivasi internal, bukan akibat paksaan, pujian atau hukuman.

Adapun motivasi perilaku manusia adalah sebagai berikut:

  • untuk menghindari ketidaknyamanan/ hukuman
  • untuk mendapatakan imbalan/ penghargaan dari orang lain
  • untuk menjadi orang yang mereka diinginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-niai yang mereka percaya
Dari ketiga motivasi tersebut di atas, motivasi yang merupakan motivasi internal adalah untuk menjadi orang yang mereka diinginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-niai yang mereka percaya. Oleh karena itu, hindari pemberian hukuman dan pemberian penghargaan berlebihan agar meminimalisir motivasi eksternal dalam diri murid.

Posisi kontrol seorang guru bisa saja sebagai penghukum, pembuat rasa bersalah, teman, pemantau, atau manajer. 
  1. Jika guru berada pada posisi sebagai penghukum, maka guru akan menghardik, menunjuk-nunjuk, berkacak pinggang, membentak, serta hukuman berupa fisik dan verbal. Akibatnya, murid menjadi pendendam dan tidak menyukai guru/ mata peajarannya.
  2. Jika guru berada pada posisi membuat rasa bersalah, maka suara guru cenderung melembut, tenang, namun kata-katanya menyalahkan murid dan menyatakan hal-hal yang merasa kesalahan ada pada murid dengan membuat guru menderita. Akibatnya, membuat murid merasa bersalah (Identitas gagal), rendah diri, dan menarik diri dari lingkungan.
  3. Jika guru berada pada posisi sebagai teman, maka suara guru akan ramah dan cenderung bersenda gurau untuk menghangatkan suasana. Akibatnya, murid akan bergantung pada 1 orang (faktor ketergantungan), murid tidak mandiri, dan tidak bisa berpikir untuk diri sendiri.
  4. Jika guru berada pada posisi sebagai pemantau, maka guru bersuara datar, tidak emosional, tidak bersenda gurau ataupun menggunakan suara tinggi, tercipta identitas diri positif atau berhasil, dan pemantau perlu senantiasa memantau pada saat murid diberikan sanksi maka gurupun harus selalu mengawasi. Akibatnya, murid akan menghitung konsekuensi dan hadiah tanpa memahami sepenuhnya nilai kebajikan yang dituju serta murid tidak sepenuhnya mandiri.
  5. Jika guru berada pada posisi sebagai manajer, maka suara guru netral, tidak emosional, tidak terlalu ramah dan tidak bernada tinggi. Tercipta identitas positif/ berhasil, guru akan dengan tulus mengajukan pertanyaan-pertanyaan bermakna agar membuka pikiran murid, dan guru membimbing murid untuk memecahkan masalahnya secara mandiri. Akibatnya, murid mandiri dan percaya diri serta dapat memecahkan masalah.

Guru berperan dalam mewujudkan terbentuknya keyakinan kelas/ sekolah dengan adanya kesepakatan antara murid dan guru. Keyakinan kelas berisi nilai-nilai keyakinan universal yang mudah diingat, diapahami dan diterapkan di lingkungan sekolah. Seorang guru yang memiliki kontrol sebagai manager dalam menyelesaikan masalah akan menerapkan segitiga restitusi untuk menghasilkan murid yang bertanggung jawab. Segitiga restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi peserta didik untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004 dalam LMS Guru Penggerak Modul 1.4 Budaya Positif).

Peserta bisa mengunduh kelengkapan administrasi berupa undangan, daftar hadir, foto dokumentasi, materi, dan sertifikat melalui tautan berikut:
Share:

Saturday, May 4, 2024

Berbagi Praktik Baik Implementasi Kurikulum Merdeka: Membangun Karakter Positif Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

MGMP Matematika SMP Kota Makassar kembali mengadakan kegiatan berbagi praktik baik implementasi kurikulum merdeka dengan tema "Membangun Karakter Positif Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi". Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2024 bertempat di aula PT Penerbit Erlangga, Jl. Letjend Hertasning No. 50 Makassar. Narasumber kegiatan ini adalah ibu Andi Waru Paluseri, S.Pd., M.Si (Guru di UPT SPF SMP Negeri 30 Makassar) dan ibu A. Magfirah, S.Pd., Gr. (Guru di UPT SPF SMP Negeri 5 Makassar).

Ibu Andi Waru Paluseri berbagi praktik baik terkait penguatan karakter peserta didik dengan judul "Penguatan Karakter Melalui Eksplor Nilai Positif Peserta Didik di Awal Pembelajaran". Sementara ibu A. Magfirah berbagi praktik baik terkait pembelajaran berdiferensiasi dengan judul "Merancang dan Mengimplementasikan Pembelajaran Berdiferensiasi di Sekolah Multikultural"

Perkembangan era globalisasi dan sosial media sangat berpengaruh pada perkembangan karakter peserta didik. Perilaku negatif peserta didik sebagai salah satu dampak negatif perkembangan informasi dan teknologi menjadi salah satu keprihatinan dari para guru dan orang tua. Arus informasi yang tak terbendung menjadi tantangan tersendiri bagi para pendidik dan orang tua dalam upaya menguatkan karakter peserta didik. Inilah yang melatarbelakangi upaya yang dilakukan ibu Andi Waru dalam menguatkan karakter melalui eksplor nilai positif peserta didik di awal pembelajaran.

Adapun tujuan Penguatan Karakter Melalui Eksplor Nilai Positif Peserta Didik di Awal Pembelajaran adalah sebagai berikut:

  1. Peserta didik mampu mengidentifikasi potensi positif yang ada pada dirinya dan orang-orang di sekitarnya
  2. Menumbuhkan dan menguatkan karakter positif pada diri peserta didik.
Guru mengeksplor nilai positif peserta didik di awal pembelajaran yakni pada kegiatan pendahuluan. Pada kegiatan ini, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan nilai positif yang telah ia lakukan hari itu. Peserta didik dapat memilih antara bercerita, mencatat atau menempelkan di papan tulis. Setelah presentasi dari ibu Andi Waru, dilanjutkan dengan presentasi dari ibu Magfirah yang akan berbagi praktik baik terkait implementasi pembelajaran berdiferensiasi. 


Sebelum memulai paparannya, ibu Magfirah mengajak peserta berefleksi selama kurang lebih 2 menit. Selama berefleksi, ibu Magfirah mengajukan beberapa pertanyaan pemantik sebagai berikut:
  1. Apakah Bapak-Ibu percaya, bahwa semua murid kita bisa berhasil dan sukses dalam pembelajarannya?
  2. Menurut Bapak-Ibu, apakah bersikap adil berarti menyamaratakan perlakuan kepada semua murid?
  3. Apakah Bapak-Ibu percaya, setiap murid memiliki pola belajarnya sendiri yang unik?
  4. Percayakah Bapak-Ibu,bahwa guru-diri Bapak-Ibu-adalah kunci dari keberhasilan Pengembangan program pembelajaran murid-murid Bapak-Ibu?
  5. Bersediakah Bpk-Ibu untuk saling mendukung satu sama lain dan berkolaborasi untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung semua murid?

Selanjutnya, narasumber memaparkan sekilas tentang kondisi sekolah tempat ia mengajar. Dimana SMP Negeri 5 Makassar adalah Sekolah penggerak, pemenuhan kebutuhan belajar anak adalah hal utama yang selalu kami kedepakan. dengan VISI “BERPRESTASI, BERKARAKTER, CINTA LINGKUNGAN BERDASARKAN IMTAQ DAN IPTEK". Kultur atau kebudayaan itu sendiri tidak lepas dari empat hal yaitu aliran agama, ras, suku, dan kebudayaan. Dalam hal budaya, SMP Negeri 5 Makassar senantiasa menampilkan kebudayaan dalam kegiatan panen hasil belajar. Siswa SMP Negeri 5 Makassar terdiri dari beberapa suku yaitu Bugis, Makassar, Toraja, dan suku lainnya. Selain itu, siswa juga terdiri dari beberapa agama yaitu Islam, Kristen, dan Budha.
Berdasarkan kondisi sekolah yang beragam siswanya tersebut, guru merancang modul ajar berdiferensiasi yang terdiri dari 3 komponen inti yaitu tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan rencana asesmen. Narasumber juga menjelaskan strategi pembelajaran berdiferensiasi menurut Carol Ann Tomlinson & Moon. Pembelajaran berdiferensiasi terdiri dari diferensiasi konten/ isi, proses, produk, dan diferensiasi lingkungan belajar.

Peserta bisa mengunduh kelengkapan administrasi berupa undangan, daftar hadir, foto dokumentasi, materi, dan sertifikat melalui tautan berikut:

Share:

Saturday, March 9, 2024

Berbagi Praktik Baik Implementasi Kurikulum Merdeka: Penerapan Disiplin Positif dalam Pembeljaran

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 9 Maret 2024, bertempat di ruang multimedia UPT SPF SMP Negeri 30 Makassar. Turut hadir pada kegiatan ini ibu Hijriah Enang, S.Pd., M.Pd. selaku pembina dan bapak Najamuddin, S.Pd., M.Pd. selaku ketua MGMP Matematika SMP Kota Makassar. Ibu Syahriani Jarimollah selaku narasumber berbagi praktik baik di hadapan 47 orang peserta terkait penerapan disiplin positif dalam pembelajaran. Adapun materi yang disampaikan adalah sebagai berikut:

Fokus Perilaku

1. Guru melakukan refleksi dinamika kelas untuk menerapkan kesepakatan kelas

Perilaku yang dianjurkan
  • Guru mengajak peserta didik melakukan refleksi dinamika kelas mengacu kesepakaian kelas
Situasi:
Awal pembelajaran, kelas dalam kondisi kotor, kursi meja tidak beraturan, peserta didik main HP.
Tantangan:
Pembelajaran tidak bisa berlangsung dengan baik, karena kelas belum bersih. Sedangkan salah satu isi kesepakatan kelas adalah menjaga kebersihan kelas.
Aksi:
Guru mengajak peserta didik untuk mengingat kembali kesepakatan kelas. Tentang kondisi kelas apa yang mereka inginkan. Kemudian memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi kondisi kelasnya apakah sesuai dengan -kesepakatan kelas. Berikan kesempatan peserta didik mengajukan pendapatnya.
Refleksi:
- Hasil belum efektif karena butuh waktu lama untuk mengajak peserta didik melakukan refleksi. 
- Peserta didik melakukan upaya perbaikan dengan mengacu kepada kesepakatan kelas antara lain: Melakukan pembersihan kelas bagi peserta didik yang sedang giliran piket. Peserta didik mengatur posisi kuris dan meja seperti sebelumnya. 
- Tidak bermain HP saat belajar.


  • Guru menunjukkan kesediaan mendengarkan pandangan peserta didik tentang dinamika kelas
Situasi:
Dalam situasi kelas kotor banyak peserta didik yang berteriak, menyuruh temannya yang sedang piket untuk membersihkan kelas. Beberapa bersikap acuh, tidak peduli dengan tugasnya
Tantangan:
Pembelajaran tidak bisa dimulai karena situasi kelas belum kondusif, masih kotor dan tidak beraturan. Peserta didik belum terbiasa berkomunikasi santun.
Aksi:
Guru mendengarkan pendapat dari semua peserta didik. baik yang pro maupun yang kontra dengan situasi kelas yang kotor. Guru menunjukkan empati atas semua pendapat peserta didik. Guru memberi respon positif terhadap semua pendapat peserta didik dengan komunikasi positif.
Refleksi:
Peserta didik lebih terbuka dalam mengeluarkan pendapat karena guru tidak bersikap defensif terhadap mereka. 

  • Guru bersikap adaptif sehingga bersedia mengubah kesepakatan kelas bila diperlukan 
Situasi:
Pada saat pembelajaran ada peserta didik yang terlambat masuk dalam kelas. Kesepakatan kelas yang sudah dibuat sebelumnya adalah menerapkan konsekuensi untuk mengepel lantai depan kelas. Peserta didik mengajukan keberatan dengan konsekuensi yang diberikan.
Tantangan:
Peserta didik enggan melakukan konsekuensi. Peserta didik belum terbiasa dengan sikap taat pada kesepakatan kelas.
Aksi:
Meminta pendapat peserta didik yang terlambat masuk kelas, atas keberatannya melakukan konsekuensi pelanggarannya. Misalnya peserta didik mengajukan pendapat bahwa dia bisa mengerjakan hal lainnya, misalnya menyiram tanaman atau membersihkan papan tulis saja. Guru memberikan respon positif memberikan empati dan mengajukan ke forum diskusi kelas pendapat peserta didik tersebut agar kesepakatan kelas dapat di ubah dengan memberikan opsi lain sebagi pilihan konsekuensi terhadap pelanggaran.
Refleksi:
Tumbuh rasa percaya diri peserta didik karena pendapatnya didengarkan guru dan dapat menambahkan pilihan kegiatan sebagai konsekuensi dari pelanggaran yang dilakukan. Membiasakan peserta didik taat terhadap peraturan.

Perilaku yang dihindari
  • Guru mengabaikan pendapat peserta didik tentang apa yang terjadi di kelas
  • Guru bersikap defensif dalam menyikapi umpanbalik dari peserta didik terkait kedisiplinan
  • Guru menerapkan hukuman fisik terhadap peserta didik yang melakukan pelanggaran kedisiplinan

2. Guru melakukan penguatan positif terhadap perilaku yang sesuai atau mendukung kesepakatan kelas

Perilaku yang dianjurkan

  • Guru memberi pujian terhadap perilaku peserta didik yang sesuai kesepakatan kelas
Situasi:
Saat pembelajaran seorang peserta didik menumpahkan air dalam botol air minum tanpa sengaja di meja temannya. Kemudian peserta didik ybs segera membersihkan meja temannya tanpa disuruh.Kesepakatan kelas yang terkait adalah bertanggung jawab untuk menjaga kebersihan dalam kelas.
Tantangan:
Bagaimana menumbuhkan kesadaran peserta didik seluruhnya untuk berprilaku yang mendukung kesepakatan kelas.
Aksi:
Guru memberikan pujian atas tindakan peserta didik yang segera membersihkan meja temannya. Guru menyampaikan ke forum kelas agar dapat mencontoh tindakan temannya yang sesuai dengan kesepakatan kelas yaitu tanggung jawab. Guru memberikan pujian yang sama bagi semua peserta didik yang melakukan hal positif secara konsisten.
Refleksi:
Peserfta didik mendapatkan contoh prilaku positif dari temannya, - Pujian dari guru menumbuhkan sikap positif berupa rasa percaya diri dan bangga bagi peserta didik telah melakukan hal baik. Peserta didik menyadari diri bahwa mereka punya sisi baik dalam diri dan mereka dapat melakukan hal-hal baik.
  • Guru memberi penguatan positif dengan beragam cara
Situasi:
Dinamika diskusi kelompok. Saat pembelajaran ada peserta didik yang tidak mau terlibat dalam kerja kelompok. Ada peserta didik lain dalam kelompoknya yang memperingati temannya dengan kalimat positif agar ikut berkonstribusi dalam kelompok. 
Tantangan:
Menumbuhkan kesadaran peserta didik akan pentingnya kolaborasi tim dalam tugas kelompok.
Aksi:
Guru memberikan pujian atas tindakan peserta didik yang menegur temannya yang tidak ikut bekerja dalam kelompok dengan kata-kata positif, atau dapat pula dengan memberikan acungan jempol kepada ybs, dapat pula berupa penghargaan lainnya. Dapat divariasikan berbeda untuk tiap pertemuan. Guru mengajak bicara peserta didik yang tidak ikut bekerja dalam kelompoknya dan menanyakan alasannya. Tunjukkan empati dengan gestur tubuh dan bahasa sehingga peserta didik dapat bicara lebih leluasa.
Refleksi:
peserta didik yang diberikan pujian akan merasa bangga dan percaya diri. Peserta didik belajar untuk berkomunikasi santun dan asertif.
  • Guru mengakui suatu perilaku positif secara spesifik dan menjelaskan alasannya.
Situasi:
Dinamika kepedulian peserta didik terhadap teman sekelasnya. Misalnya Saat akhir pembelajaran peserta didik mengajukan pendapat untuk membesuk temannya yang sudah berhari-hari tidak masuk belajar karena sakit.
Tantangan:
Menumbuhkan rasa empati antar peserta didik dalam kelas. Peserta didik cuek dengan kondisi teman-temannya. Tidak mencari tahu keberadaan temannya yang tidak datang ke sekolah.
Aksi:
Guru memberikan apresiasi terhadap kepedulian peserta didik terhadap temannya yang sakit, bahwa tindakan itu adalah sikap terpuji karena kebersamaan dalam kelas ibarat satu kesatuan dan sudah seperti keluarga besar yang semestinya saling peduli. Sehingga penting untuk mengetahui kondisi teman yang tidak ke sekolah. Dan membesuk jika temannya dalam kondisi sakit.
Refleksi:
Tumbuh rasa empati antar teman dalam diri peserta didik baik yang diberi pujian karena menjadi inisiator maupun bagi yang ikut menyetujui.


Perilaku yang dihindari
  • Guru tidak konsisten dalam memberikan penguatan positif, hanya pada peserta didik tertentu.
  • Guru mengabaikan perilaku positif karena terlalu fokus pada perilaku negatif atau hal lain.
  • Guru melakukan penguatan perilaku yang tidak bermanfaat bagi peserta didik dan kelas secara keseluruhan.

3. Guru memfasilitasi peserta didik menyadari konsekuensi dan memperbaiki perilaku melanggarnya (restitusi)

Perilaku yang dianjurkan

  • Guru membantu peserta didik menyadari konsekuensi dari perilaku melanggarnya.
Situasi:
Saat pembelajaran seorang peserta didik di dapati sedang bermain game di HP nya. Peserta didik yang bersangkutan tidak mengikuti prsoses pembelajaran dan asyik sendiri dengan permainan game nya. Kesepakatan kelas yang terkait adalah tidak menggunakan HP saat belajar kecuali ada izin guru untuk membantu kegiatan belajar. Dengan konsekuensi jika melanggarnya maka HP di serahkan ke Guru dan diambil kembali setelah selesai belajar. Jika dilakukan berulang maka pengambilan HP oleh orang tua.
Tantangan:
Bagaimana menumbuhkan kesadaran peserta didik akan konsekuensi jika melakukan perilaku melanggar kesepakatan kelas. Perserta didik memperlihatkan sikap tidak suka kepada guru jika HP nya di ambil.
Aksi:
Guru mendekati peserta didik yang sedang bermain game dan melakukan dialog yang memberdayakan untuk memfasilitasi peserta didik menyadari perilakunya serta konsekuensi pelanggrannya. Misalnya dengan bertanya kkepada peserta didik ybs : “Apa yang sedang kamu kerjakan, Apakah kamu melakukan hal yang benar?, Coba kamu ingat kesepakatan kelas terkait dengan penggunaan HP. Apa konsekuensinya? Apakah kamu ingat, Ini pelanggaran kamu yang keberapa?, lalu apa yang harus kita lakukan untuk memperbaikinya?”
“Bagus kamu tau pelanggaranmu dan konsekuensinya. Terimakasih kamu mau menyerahkan HP mu sebagai konsekuensi atas pelanggaranmu, Karena ini pelanggran yang kedua kalinya maka HP mu akan di serahkan kepada orang
tuamu”.
Refleksi:
Peserta didik dapat menyadari perilaku melanggarnya, melakukan konsekuensi sebagai wujud tanggung jawabnya. Meski begitu hal ini tidak mudah di tahap awalnya. Perlu kesabaran untuk melakukan pembiasaan berdialog dengan peserta didik. 

 


  • Guru mendengarkan sudut pandang peserta didik terhadap perilaku melanggarnya.
Situasi:
Pertemuan sebelumnya peserta didik bolos sekolah di jam terakhir pembelajaran dan pada hari ini peserta didik ybs hadir di sekolah. Kesepakatan kelas terkait adalah Hadir di sekolah tepat waktu dan pulang tepat waktu. Dengan konsekuensi mengepel lantai depan kelas.
Tantangan:
Menumbuhkan kesadaran peserta didik untuk disiplin dalam belajar. Melaksanakan kesepakatan kelas dengan bertanggung jawab. Membiasakan peserta didik untuk mengutarakan pikirannya dengan santun. 
Aksi:
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik yang telah membolos untuk mengutarakan alasannya. Guru mendengarkan peserta didik dengan hadir seutuhnya tanpa membuat asumsi. Jika misalnya alasannya membolos karena ingin segera berjualan atau karena ingin segera pulang untuk bermain ataupun alasan lainnya. Perlu di dengar dari sudut pandang peserta didik. Guru melakukan restitusi upaya untuk perbaikan ke depannya bagi peserta didik tersebut agar tidak lagi membolos.
Refleksi:
-Peserta didik menyadari konsekuensi dari pelanggarannya dan berusaha memerbaiki perilaku melanggarnya.
- Apakah tindakan guru efektif atau tidak untuk membuat peserta didik memperbaiki perilaku mmelanggarnya akan terlihat dalam kegiatan belajar berikutnya. Perlu kesabaran dalam membantu peserta
didik menyadari perilakunya

  • Guru memberikan dukungan pada peserta didik dalam melakukan perbaikan perilakunya.
Situasi:
Dinamika tugas yang diabaikan.Kesepakatan kelas terkait adalah mengerjakan tugas-tugas mata pelajaran dengan tepat waktu. Peserta didik yang sering tidak mengumpulkan tugasnya sedang berusaha memperbaiki perilakunya dengan mengejar ketertinggalan tugas-tugasnya. Peserta didik ybs meminta kepada temannya yang sudah selesai untuk mencontoh tugas-tugas yang belum dia selesaikan. 
Tantangan:
Menumbuhkan kesadaran peserta didik akan tanggung jawab terhadap tugas-tugasnya di semua mata pelajaran. Menumbuhkan perilaku positif dalam diri peserta didik untuk melawan rasa malas dan enggan menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
Aksi:
Guru memberikan dukungan kepada peserta didik yang sedang berusaha memperbaiki perilakunya dengan memberikan semangat dan apresiasi bahwa peserta didik ybs sudah melakukan hal yang benar. Guru mengajak peserta didik ybs untuk membuat jadwal penyelesaian tugasnya secara bertahap diluar jam belajar. Guru senantiasa melakukan pengecekan progres kemajuan dari upaya perbaikan yang dilakukan peserta didik.
Refleksi:
Peserta didik yang sedang dalam upaya perbaikan lebih bersemangat karena adanya dukungan dari guru. Peserta didik mendapat pengalaman menyusun jadwal penyelesaian tugassehingga dapat di selesaikan sesuai kemampuan peserta didik.


Perilaku yang dihindari.
  • Langsung memberikan hukuman, bukan membangun upaya perbaikan perilaku.
  • Guru kehilangan kesabaran dalam membantu peserta didik menyadari konsekuensi perilakunya.
  • Guru meminta peserta didik untuk tenang dengan mengabaikan perilaku melanggar yang terjadi.


Bagaimana Melakukan Tindak Lanjut Observasi?

Melakukan Refleksi
  • Kesulitan Apa yang anda hadapi?
  • Aspek praktik yang ingin anda tingkatkan efektivitasnya
  • Perubahan praktik agar lebih berdampak pada pembelajaran

Aspek Tantangan
  • Perilaku atau kejadian yang menggambarkan tantangan 
  • Faktor yang menyebabkan tantangan tersebut 
  • Dampak dari tantangan tersebut pada pembelajaran 
PIlihan Belajar
  • Apa tujuan tindak lanjut yang ingin Anda lakukan untuk meningkatkan kualitas praktik pembelajaran Anda?
  • Apa upaya -upaya yang ingin Anda lakukan untuk mencapai tujuan tindak lanjut tersebut?
  • Kapan Anda akan melakukan aksi tindak lanjut?
  • Apa dukungan yang Anda butuhkan untuk melakukan upaya tindak lanjut?
Bentuk Dukungan
  • Sumber daya untuk melakukan kegiatan belajar/ praktik
  • Penyediaan atau pembelian alat dukung pembelajaran 
  • Izin untuk mengikuti pelatihan di luar satuan pendidikan
  • Memperoleh mentoring dari KS, guru penggerak, guru atau pemateri eksternal atau manajemen
  • Lainnya

Peserta dapat mengunduh kelengkapan administrasi berupa undangan, daftar hadir, foto dokumentasi, materi, dan sertifikat kegiatan melalui tautan berikut:

Share:

Saturday, November 18, 2023

Workshop Penyusunan Soal Berbasis AKM

AKM, Asesmen Kompetensi Minimum bukan hal yang baru  bagi dunia pendidikan. Semenjak Ujian Nasional (UN) ditiadakan tahun 2020 karena pandemi Covid 19, kita mulai mengenal AKM sebagai bagian dari instrumen utama Asesmen Nasional (AN).

Asesmen Nasional (AN) yang merupakan program penilaian mutu sekolah  mempunyai tiga instrumen utama, yaitu : 

  1. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), yang mengukur kompetensi berdasarkan kemampuan literasi membaca dan numerasi siswa.
  2. Survei Karakter (SK), yang mengukur sikap, nilai, keyakinan dan kebiasaan siswa yang akan mencerminkan karakter.
  3. Survei Lingkungan Belajar (Sulingjar), yang mengukur aspek input dan proses pembelajaran di sekolah.

Hal ini ditegaskan pada Permendikbudristek No. 17 Tahun 2021, bahwa AN bertujuan mengukur hasil belajar kognitif, nonkognitif dan kualitas lingkungan belajar pada satuan pendidikan.

Pada kegiatan MGMP Matematika kali ini, tepatnya tanggal 18 November 2023, bertempat di UPT SPF SMPN 7 Makassar. Rekan pengurus MGMP Matematika Kota Makassar mencoba mengangkat tema yang related dengan situasi pembelajaran yang berada diakhir semester. Dimana tidak lama lagi rekan-rakan guru harus membuat soal sumatif akhir semester yang didalamnya juga diwajibkan mengandung beberapa soal yang berbentuk AKM.

Sehingga tema workshop “Penyusunan Soal Berorientasi AKM”, dirasa cukup tepat sasaran untuk menjadi kegiatan rutin MGMP Matematika kali ini. 


Bersama Bapak Saharuddin, S.Pd., M.Pd sebagai moderator, yang komunikatif dalam memandu kegiatan sehingga komunikasi dua arah antara peserta dan fasilitator menjadi hidup.

Pada kegiatan kali ini, bertindak sebagai fasilitator Bapak Najamuddin, S.Pd., M.Pd selaku ketua MGMP Matematika Kota Makassar, didampingi Ibu Juliana, S.Si., M.M yang merupakan rekan guru Matematika dari SMPN 32 Makassar. 

Materi diawali dengan pemutaran vidio dari Pusmendik berjudul AKM Kelas, dilanjutkan dengan paparan materi mengenai AKM oleh ibu Juliana, kemudian lanjut kepada inti kegiatan yaitu menyusun soal berorientasi AKM yang dipandu oleh Bapak Najamuddin.

Peserta tampak antusias dan bersemangat membuat soal dari stimulus yang diberikan oleh pemateri. Beragam konten soal berkesempatan untuk dibahas pada kegiatan kali ini, mulai dari Bilangan, Pengukuran dan Geometri, Data dan Ketidakpastian, serta bentuk Aljabar. 


Dengan jenis konteks yang juga bervariasi, mulai dari konteks personal, sosial budaya serta saintifik. Pada level kognitif, peserta diminta untuk menyesuaikan dengan tingkat kemampuan dan pembiasaan pada siswa, dapat dimulai pada level pemahaman (knowing), penerapan (applying), atau penalaran (reasoning).

Demikianlah peserta mencoba membuat berbagai bentuk soal AKM, tidak hanya bentuk pilihan ganda yang telah lazim digunakan namun juga bentuk pilihan ganda kompleks, esai, menjodohkan dan jawaban singkat.

Akhirnya, setelah tanya jawab dan sharing terkait tema serta permasalahan serupa yang terjadi di sekolah, kegiatan ditutup dengan bekal janji pada diri untuk berlatih membuat stimulus yang dapat melahirkan soal-soal yang berorientasi AKM. Karena kemampuan tak lahir tiba-tiba tapi melalui proses berulang dan berlatih. Semangatki rekan guru MGMP Matematika ! (/jul)


Share:

Saturday, August 26, 2023

Workshop Pengelolaan Asesmen dan Pembelajaran Berdiferensiasi pada Kurikulum Merdeka

Foto Najamuddin saat saat membawakan materi pengelolaan asesmen pada kurikulum merdeka pada pertemuan MGMP Matematika SMP Kota Makassar di SMP Negeri 30 Makassar, 26 Agustus 2023

Materi pengelolaan asesmen pada kurikulum merdeka dibawakan oleh bapak Najamuddin, S.Pd., M.Pd. Pemateri mengawali materi dengan menanyakan kepada peserta terkait asesmen apa saja yang pernah dilakukan di kelas. Secara garis besar, materi pengelolaan asesmen pada kurikulum merdeka mencakup dasar hukum pelaksanaan asesmen, prinsip asesmen, perubahan paradigma penilaian (asesmen), asesmen formatif, asesmen sumatif, teknik dan instrumen asesmen, serta pengolahan dan pelaporan hasil asesmen.

Dasar hukum pelaksanaan asesmen adalah sebagai berikut: 

  1. Permendikbudristek No. 7 Tahun 2022 tentang standar Isi pada pendidikan PAUD, jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
  2. Permendikbudristek No. 16 Tahun 2022 tentang standar proses pada pendidikan PAUD, jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
  3. Permendikbudristek No. 21 Tahun 2022 tentang standar penilaian pada pendidikan PAUD, jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Pada prinsipnya, asesmen merupakan bagian terpadu dari proses pembelajaran, fasilitasi pembelajaran, dan penyediaan informasi yang holistik. Asesmen dirancang secara adil, proporsional, valid, dan dapat dipercaya (reliable) dan dilakukan sesuai dengan fungsinya. Laporan kemajuan belajar dan pencapaian peserta didik bersifat sederhana dan informatif. Sementara hasil asesmen digunakan sebagai bahan refleksi untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Pada kurikulum merdeka, pendidik diharapkan lebih berfokus pada asesmen formatif dibandingkan sumatif dan menggunakan hasil asesmen formatif untuk perbaikan proses pembelajaran yang berkelanjutan. Asesmen formatif bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi pendidik dan peserta didik untuk memperbaiki proses belajar. Asesmen formatif dapat dilakukan di awal dan selama proses pembelajaran. Di awal pembelajaran, asesmen formatif dilakukan untuk mengetahui kesiapan peserta didik untuk mempelajari materi ajar dan mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan. Sedangkan asesmen formatif yang yang dilakukan selama proses pembelajaran dilakukan untuk mengetahui perkembangan peserta didik dan sekaligus pemberian umpan balik yang cepat. Sebagai bahan referensi bagi para peserta, pemateri juga memberikan contoh asesmen yang dapat dilakukan di awal dan selama proses pembelajaran.

Sementara itu, asesmen sumatif dilakukan untuk memastikan ketercapaian keseluruhan tujuan pembelajaran. Asesmen ini dilakukan pada akhir proses pembelajaran atau dapat juga dilakukan sekaligus untuk dua atau lebih tujuan pembelajaran, sesuai dengan pertimbangan pendidik dan kebijakan satuan pendidikan. Berbeda dengan asesmen formatif, asesmen sumatif menjadi bagian dari perhitungan penilaian di akhir semester, akhir tahun ajaran, dan/atau akhir jenjang.
Dalam melakukan asesmen, pendidik diberikan keleluasaan memilih teknik dan instrumen agar asesmen selaras dengan kegiatan pembelajaran. Sehingga hasil belajar peserta didik valid dan dapat ditindaklanjuti. Instrumen asesmen bisa berupa rubrik, ceklist, catatan anekdotal, dan grafik perkembangan. Untuk mengetahui apakah peserta didik telah berhasil mencapai tujuan pembelajaran, pendidik perlu menetapkan kriteria atau indikator ketercapaian tujuan pembelajaran. Kriteria ini dikembangkan saat pendidik merencanakan asesmen, yang dilakukan saat pendidik menyusun perencanaan pembelajaran, baik dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran atau pun modul ajar. Kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran dapat dikembangkan menggunakan beberapa pendekatan, yaitu menggunakan deskripsi kriteria, rubrik, dan interval nilai. 

Agar peserta lebih memahami ketiga pendekatan tersebut, pemateri memberikan contoh kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran dengan menggunakan deskripsi kriteria, rubrik, dan interval nilai. Selain itu, pemateri juga memberikan contoh kisi-kisi asesmen sumatif beserta pengolahan dan pelaporan hasil asesmen baik berupa rapor, portofolio, diskusi/ konferensi, dan pameran karya.
Foto Syahriani Jarimollah saat saat membawakan materi pembelajaran berdiferensiasi pada kurikulum merdeka pada pertemuan MGMP Matematika SMP Kota Makassar di SMP Negeri 30 Makassar, 26 Agustus 2023

Materi kedua adalah pembelajaran berdiferensiasi pada kurikulum merdeka yang dibawakan oleh ibu Syahriani Jarimollah, S.Pd., M.Pd. Dalam paparannya, ibu Syahriani yang biasa disapa bu Ani menjelaskan pengertian pembelajaran berdiferensiasi menurut para ahli. Menurutnya, pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi pada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan lingkungan belajar, tujuan pembelajaran, kebutuhan belajar murid, penilaian berkelanjutan, dan manajemen kelas yang efektif.

Pembelajaran berdiferensiasi dilaksanakan dengan tujuan agar setiap anak dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena setiap anak memiliki karakteristik dan potensi yang berbeda satu sama lain. Menurut Tomlinson (2013), peserta didik memiliki keragaman berdasarkan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar. Kesiapan terkait dengan kemampuan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Minat juga memiliki peranan yang besar untuk menjadi motivator dalam belajar. Sementara profil belajar mengacu pada pendekatan yang paling disenangi peserta didik agar mereka dapat memahami pelajaran dengan baik. Selain itu, pemateri juga menambahkan beberapa contoh kegiatan belajar yang disesuaikan dengan kesiapan, minat, dan profil belajar peserta didik.
Adapun alur pembelajaran berdiferensiasi diawali dengan asesmen awal pembelajaran kemudian mengidentifikasi murid yang akan menjadi dasar bagi guru dalam melakukan diferensiasi konten, proses, dan produk. Diferensiasi konten terkait materi yang akan diajarkan, diferensiasi proses terkait cara mengajarkan, dan diferensiasi produk terkait luaran atau performa yang akan dihasilkan. Bu Ani menjabarkan ketiga bentuk diferensiasi ini dengan menyertakan contoh aktifitas peserta didik. 

Sebagai contoh diferensiasi konten, bagi peserta didik yang memerlukan bimbingan dapat mempelajari 3 (tiga) hal terpenting terkait materi, bagi siswa yang cukup mahir dapat mempelajari keseluruhan materi, dan bagi peserta didik yang sudah sangat mahir dapat diberikan pengayaan. Pada diferensiasi proses, pembelajaran dan bentuk pendampingan dapat dideferensiasi sesuai kesiapan peserta didik. Bagi peserta didik yang membutuhkan bimbingan pendidik perlu mengajarkan secara langsung. Bagi peserta didik yang cukup mahir dapat diawali dengan modeling yang dikombinasi dengan kerja mandiri, praktik, dan peninjauan ulang (review). Sedangkan bagi peserta didik yang sangat mahir dapat diberikan beberapa pemantik untuk tugas mandiri kepada peserta didik yang sangat mahir. Sementara itu, diferensiasi pembelajaran pembelajaran juga dapat dilakukan melalui produk yang dihasilkan. Sebagai contoh, bagi peserta didik yang memerlukan bimbingan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai konten inti materi, bagi peserta didik yang cukup mahir dapat membuat presentasi yang menjelaskan penyelesaian masalah sederhana, dan bagi peserta didik yang sangat mahir bisa membuat sebuah inovasi atau menelaah permasalahan yang lebih kompleks.(/jt)
Share:

Saturday, July 15, 2023

Workshop Penyusunan Modul Ajar dan Pengelolaan Administrasi Guru Berbasis Microsite

Foto H. Muhyiddin, Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar saat memberikan sambutan pada kegiatan workshop penyusunan modul ajar dan pengelolaan administrasi guru berbasis microsite yang dilaksanakan oleh MGMP Matematika SMP Kota Makassar di SMP Negeri 30 Makassar, 15 Juli 2023.

Awal tahun ajaran baru 2023/2024 menjadi sejarah baru bagi sebagian besar sekolah di Makassar termasuk SMP. Hal itu disebabkan karena mulai tahun ini, semua satuan pendidikan sudah harus menerapkan kurikulum baru. Oleh sebab itu, MGMP Matematika SMP Kota Makassar berinisiatif melaksanakan workshop penyusunan modul ajar dan pengelolaan administrasi guru berbasis microsite. Langkah ini dilakukan sebagai upaya untuk mengembangkan kompetensi guru dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka di kelas.

Foto Hijriah Enang, pembina MGMP Matematika SMP Kota Makassar saat memberikan sambutan pada pertemuan MGMP Matematika SMP Kota Makassar di SMP Negeri 30 Makassar, 15 Juli 2023.

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2023 bertempat di SMP Negeri 30 Makassar dan dihadiri 75 orang guru matematika se-kota Makassar. Hadir pula bapak Najamuddin, ketua MGMP Matematika SMP Kota Makassar. Dalam sambutannya, beliau mengajak rekan-rekan guru untuk terlibat aktif minimal berdiskusi di grup WhatsApp seperti mencicipi menu sarapan pagi, siang, malamnya.
Foto Najamuddin, ketua MGMP Matematika SMP Kota Makassar saat memberikan sambutan pada pertemuan MGMP Matematika SMP Kota Makassar di SMP Negeri 30 Makassar, 15 Juli 2023.

Sebelum dibuka secara resmi oleh ibu Hijriah Enang selaku pembina MGMP Matematika SMP Kota Makassar, dalam sambutannya beliau mengharapkan agar seluruh guru terutama guru matematika SMP di kota Makassar dapat bersinergi dan memberi masukan yang konstruktif bagi kepala sekolahnya masing-masing sembari aktif mengembangkan kompetensi melalui kegiatan MGMP. 

Di sela-sela kegiatan, kepala dinas pendidikan kota Makassar juga menyempatkan hadir dan memberikan sambutan. Dalam sambutannya, beliau memaparkan hasil lawatannya di kemendikbud terkait laporan pelaksanaan PPDB di kota Makassar yang berjalan lancar dan sukses.
Foto Syahriani Jarimollah membawakan materi penyusunan modul ajar pada pertemuan MGMP Matematika SMP Kota Makassar di SMP Negeri 30 Makassar, 15 Juli 2023

Materi inti pada kegiatan ini terdiri dari penyusunan modul ajar dan pengelolaan administrasi guru berbasis microsite. Dimana materi penyusunan modul ajar dibawakan oleh ibu Syahriani Jarimollah dan pengelolaan administrasi guru berbasis microsite dibawakan oleh bapak Jamaluddin Tahuddin. 

Pada materi penyusunan modul ajar, ibu Syahriani yang biasa disapa bu Ani memaparkan konsep, komponen, modul ajar, prinsip dan prosedur penyusunan modul ajar. Sementara pada materi pengelolaan administrasi guru berbasis microsite, pak Jamal memaparkan apa yang dimaksud dengan microsite beserta contoh-contohnya serta langkah-langkah membuat microsite. Setelah itu, beliau memandu peserta membuat microsite melalui home.s.id.
Foto Jamaluddin Tahuddin saat membawakan materi pengelolaan administrasi guru berbasis microsite pada pertemuan MGMP Matematika SMP Kota Makassar di SMP Negeri 30 Makassar, 15 Juli 2023

Selanjutnya peserta dibagi menjadi 20 kelompok yang terdiri dari 3-4 orang peserta. Setiap kelompok selanjutnya diberi tugas menyusun modul ajar dengan tujuan pembelajaran yang berbeda sesuai materi yang didapatkan. Selain itu, mereka juga ditugaskan membuat microsite yang memuat modul ajar tersebut. Untuk itu, peserta diberi waktu selama 2 (dua) pekan untuk menyelesaikan kedua tagihan tersebut. Tentunya dengan catatan bahwa peserta yang berhasil mengikuti seluruh rangkaian kegiatan termasuk di dalamnya pengumpulan tagihan berhak mendapatkan sertifikat.(/jt)
Share:

Friday, June 30, 2023

Pembahasan Soal Olimpiade Matematika SMP

Peserta didik, guru dan math lovers dimana saja berada, berikut ini pembahasan soal-soal Olimpiade Matematika SMP Tingkat Kabupaten (OSK) dan provinsi (OSP). Untuk memudahkan pembaca, sengaja kami memisahkan laman Naskah Soal dan pembahasannya.
Pada laman ini kami akan memposting pembahasan Olimpiade Sains Matematika SMP Tingkat Kabupaten/ Kota dan provinsi dari tahun ke tahun yang dikupas secara tuntas oleh Pak Naja. Untuk mengunduh filenya, pembaca tinggal klik link yang tersedia.

Pembahasan soal OSN bidang Matematika SMP tingkat kabupaten/ kota
  1. Pembahasan soal OSN bidang Matematika SMP tingkat kabupaten/ kota tahun 2014, klik Pembahasan OSN 2014
  2. Pembahasan soal OSN bidang Matematika SMP tingkat kabupaten/ kota tahun 2015, klik Pembahasan OSN 2015
  3. Pembahasan soal OSN bidang Matematika SMP tingkat kabupaten/ kota tahun 2016, klik Pembahasan OSN 2016
  4. Pembahasan soal OSN bidang Matematika SMP tingkat kabupaten/kota tahun 2017, klik Pembahasan OSK 2017
  5. Pembahasan soal OSN bidang Matematika SMP tingkat kabupaten/kota tahun 2018, klik Pembahasan OSK 2018
  6. Pembahasan soal OSN bidang Matematika SMP tingkat kabupaten/kota tahun 2019, klik Pembahasan OSK 2019
  7. Pembahasan soal OSN bidang Matematika SMP tingkat kabupaten/kota tahun 2020, klik Pembahasan OSK 2020
  8. Pembahasan soal OSN bidang Matematika SMP tingkat kabupaten/kota tahun 2021, klik Pembahasan OSK 2021
  9. Pembahasan soal OSN bidang Matematika SMP tingkat kabupaten/kota tahun 2022, klik Pembahasan OSK 2022
  10. Pembahasan soal OSN bidang Matematika SMP tingkat kabupaten/kota tahun 2023, klik Pembahasan OSK 2023
Pembahasan soal OSN bidang Matematika SMP tingkat provinsi
  1. Pembahasan soal OSN bidang Matematika SMP tingkat provinsi tahun 2023, klik Pembahasan OSP 2023

Pembahasan soal-soal Olimpiade Matematika SMP Tingkat Kabupaten/ Kota dan provinsi yang lain akan segera menyusul. Pokoknya ikuti saja terus blog ini dan kami berharap mudah-mudahan blog ini bisa bermanfaat bagi para peserta didik, guru dan math lovers dimanapun berada.


Share:

Visi

"Mewujudkan guru matematika profesional yang inovatif, kreatif, inspiratif, dan berwawasan luas"

Komentar Terbaru

Translate

Followers

About Me

Maps

Guru Itung. Powered by Blogger.