AKM, Asesmen Kompetensi Minimum bukan hal yang baru bagi dunia pendidikan. Semenjak Ujian Nasional (UN) ditiadakan tahun 2020 karena pandemi Covid 19, kita mulai mengenal AKM sebagai bagian dari instrumen utama Asesmen Nasional (AN).
Asesmen Nasional (AN) yang merupakan program penilaian mutu sekolah mempunyai tiga instrumen utama, yaitu :
- Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), yang mengukur kompetensi berdasarkan kemampuan literasi membaca dan numerasi siswa.
- Survei Karakter (SK), yang mengukur sikap, nilai, keyakinan dan kebiasaan siswa yang akan mencerminkan karakter.
- Survei Lingkungan Belajar (Sulingjar), yang mengukur aspek input dan proses pembelajaran di sekolah.
Hal ini ditegaskan pada Permendikbudristek No. 17 Tahun 2021, bahwa AN bertujuan mengukur hasil belajar kognitif, nonkognitif dan kualitas lingkungan belajar pada satuan pendidikan.
Pada kegiatan MGMP Matematika kali ini, tepatnya tanggal 18 November 2023, bertempat di UPT SPF SMPN 7 Makassar. Rekan pengurus MGMP Matematika Kota Makassar mencoba mengangkat tema yang related dengan situasi pembelajaran yang berada diakhir semester. Dimana tidak lama lagi rekan-rakan guru harus membuat soal sumatif akhir semester yang didalamnya juga diwajibkan mengandung beberapa soal yang berbentuk AKM.
Sehingga tema workshop “Penyusunan Soal Berorientasi AKM”, dirasa cukup tepat sasaran untuk menjadi kegiatan rutin MGMP Matematika kali ini.
Materi diawali dengan pemutaran vidio dari Pusmendik berjudul AKM Kelas, dilanjutkan dengan paparan materi mengenai AKM oleh ibu Juliana, kemudian lanjut kepada inti kegiatan yaitu menyusun soal berorientasi AKM yang dipandu oleh Bapak Najamuddin.
Peserta tampak antusias dan bersemangat membuat soal dari stimulus yang diberikan oleh pemateri. Beragam konten soal berkesempatan untuk dibahas pada kegiatan kali ini, mulai dari Bilangan, Pengukuran dan Geometri, Data dan Ketidakpastian, serta bentuk Aljabar.
Dengan jenis konteks yang juga bervariasi, mulai dari konteks personal, sosial budaya serta saintifik. Pada level kognitif, peserta diminta untuk menyesuaikan dengan tingkat kemampuan dan pembiasaan pada siswa, dapat dimulai pada level pemahaman (knowing), penerapan (applying), atau penalaran (reasoning).
Demikianlah peserta mencoba membuat berbagai bentuk soal AKM, tidak hanya bentuk pilihan ganda yang telah lazim digunakan namun juga bentuk pilihan ganda kompleks, esai, menjodohkan dan jawaban singkat.
Akhirnya, setelah tanya jawab dan sharing terkait tema serta permasalahan serupa yang terjadi di sekolah, kegiatan ditutup dengan bekal janji pada diri untuk berlatih membuat stimulus yang dapat melahirkan soal-soal yang berorientasi AKM. Karena kemampuan tak lahir tiba-tiba tapi melalui proses berulang dan berlatih. Semangatki rekan guru MGMP Matematika ! (/jul)